Jumat, 13 Januari 2012

HAKIKAT ANAK DIDIK DAN GURU

Pengertian Anak
Anak adalah merupakan amanat yang dipercayakan kepada ibu bapaknya. Hatinya yang masih murni itu merupakan amanat yang sangat berharga, sederhana, dan bersih dari ukiran dan gambaran apapun. Ia dapat menerima setiap ukiran yang digoreskan padanya, dan ia akan condong ke arah mana ia kita condongkan. (Ahmad Sjalabi. 1970 ; 284-285).
Menurut Al-Ghazali, anak adalah amanah Allah yang harus dijaga dan dididik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah. Semua bayi yang dilahirkan ke dunia ini, bagaikan sebuah mutiara yang belum diukir dan dibentuk, tetapi amat bernilai tinggi. Maka kedua orang tuanyalah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi semua orang.[1]
Pendapat Al-Ghazali tentang pengertian anak serupa dengan teori Tabularasa milik Jonh Locke (1632-1704). Menurut Locke anak atau manusia itu tidak dilengkapi oleh pengetahuan apapun pada waktu dilahirkan, tidak ada innate ideas. Seperti halnya Aristoteles anak yang dilahirkan itu seperti tabularasa, bagaikan kertas putih bersih yang akan ditulisi oleh pengalaman.[2]
Apabila mengamati uraian di atas maka dapat kata pahami bahwa seorang anak adalah seperti suatu bahan mentah yang kemudian diolah oleh seorang tukang sesuai dengan keinginan tukang tersebut, bila tukang ingin membuat patung maka menjadi patung. Begitu pula seorang anak apabila ayahnya ingin anak tersebut menjadi pengusaha misalnya maka anak dididik agar menjadi seorang pengusaha, padahal anak itu belum tentu ingin menjadi pengusaha.
Seorang anak yang baru lahir memang keadaannya adalah fitrah seperti kertas putih yang kosong, tetapi di dalamnya terdapat bakat, potensi, intelegensi dan lain sebagainya, hanya saja itu semua tidak terlihat pada saat bayi dilahirkan. Bakat, potensi dan intelegensi akan terlihat seiring pertumbuhan dan perkembangan anak dan tergantung siapa yang membentuknya dan di mana anak tinggal. Karena itulah anak membutuhkan orang dewasa yang harus mendidiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar